SURABAYA - Terhitung sejak April 2022 lalu, Pusat Kajian Sustainable Development Goals Institut Teknologi Sepuluh Nopember (SDGs ITS) telah tercatat dalam salah satu daftar SDGs Centers di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI.
Sebagai perguruan tinggi teknik dan sains, ITS terus berupaya mendukung SDGs lewat berbagai metode pengembangan agar tujuan SDGs di Indonesia segera tercapai.
Ketua Pusat Kajian SDGs ITS Dr Agnes Tuti Rumiati MSc mengungkapkan bahwa Bappenas tidak menyampaikan kriteria khusus bagi SDGs yang ingin terdaftar di SDGs Centers. Namun dalam hal ini, ITS terus berusaha mengusung program dan konsep menarik yang disosialisasikan melalui berbagai media. “Saya rasa Bappenas juga menilai bagaimana kiprah SDGs ITS melalui program tersebut, ” ungkap Tuti, sapaannya, Kamis (19/5/2022).
Salah satu program unggulan SDGs ITS adalah Bincang Bareng TV Desa yang disiarkan setiap Rabu melalui kanal YouTube TV Desa. Lebih dari 50 episode berhasil diunggah sebagai upaya menyosialisasikan SDGs secara luas kepada masyarakat Indonesia. “Kami juga aktif di media sosial lainnya seperti akun YouTube SDGs Center ITS, Instagram @sdgsits, dan website resmi SDGs ITS, ” terang dosen Departemen Statistika ITS tersebut.
Setelah tercatat di Bappenas, Tuti menilai peluang SDGs ITS semakin terbuka untuk berkiprah secara nasional. Program-program yang akan dikembangkan pun nantinya harus sejalan dengan pemerintah pusat. Selain itu, SDGs ITS nantinya dapat turut berperan dalam menyoliasikan program pusat ke daerah. “Di samping itu, kami dapat lebih banyak menyampaikan inovasi untuk menyelesaikan permasalahan di desa lewat program Kuliah Kerja Nyata (KKN), ” ujarnya.
Aktif sejak Februari 2020, Pusat Kajian SDGs ITS memang memiliki fokusan di bidang teknologi, khususnya teknologi tepat guna untuk pembangunan desa. Untuk itu, tim SDGs ITS banyak berkolaborasi dengan dosen dan mahasiswa melalui kegiatan KKN.
Kegiatan SDGs yang telah dilakukan pun cukup banyak, mulai dari pengembangan metode pengukuran pencapaian SDGs Desa, pembuatan social and potential mapping untuk penyusunan perencanaan pembangunan desa, hingga menyusun master plan desa.Selain itu, timpal Tuti, tim SDGs ITS juga berhasil merancang pembangunan desa wisata, pelatihan pengembangan industŕi kreatif berbasis bahan lokal, hingga pelatihan manajemen keuangan untuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Tuti menambahkan bahwa tim SDGs ITS menerapkan model pentahelix yang mengkolaborasikan stakeholder dari perguruan tinggi, pihak swasta, pemerintah daerah, masyarakat desa, dan media.
Baca juga:
Bappenas Apresiasi SDGs Center UNAIR
|
Selain itu, kolaborasi internasional sudah kerap dilakukan oleh tim SDGs ITS. Antara lain pengembangan wisata serta produk kemiri yang didanai oleh Alumni Grant Scheme dari Australia, program pembangunan sekolah bambu dengan University of Stuttgart dari Jerman, dan masih banyak lagi. “Untuk promosi, kami kerap mengadakan webinar dan membuat poster, ” aku dosen berkacamata ini.
Bagi Tuti, tantangan terbesar ke depan adalah terkait kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah dalam mengimplementasikan model yang dikembangkan tim SDGs ITS. “Saya berharap Pusat Kajian SDGs ITS dapat leading di Indonesia, khususnya untuk membantu masyarakat dan pemerintah dalam pencapaian SDGs di Indonesia Timur, ” pungkasnya optimistis. (HUMAS ITS)
Reporter: Erchi Ad’ha Loyensya